Nasyid Urang Kutai Loleng

Slide Urang Kutai Loleng

Widget Slideshow

Kamis, 22 Oktober 2020

DEMMAK, Kata yang Hilang

 


Dalam hubungan pergaulan antara anak dan orangtua tak terelakkan hubungan emosi yang kuat selain hubungan pertalian darah. Seringkali dalam bahasa tubuh maupun lisan ada komunikasi khusus yang hanya lingkup mereka saja yang mengerti. Tak terkecuali dalam memanggil, atau menggelari/menjuluki orang tersayang.


Di dalam bahasa Kutai, memanggil/menyebut nama orang tua adalah sesuatu yang tabu dan sangat tidak sopan. Maka dari itu, bahasa Kutai memiliki tatanan tersendiri dalam berkomunikasi, terutama dalam hubungan yang muda dengan yang tua.


Dalam interaksi dengan orang tua pun budaya kutai sangat berhati-hati, agar menimbulkan rasa saling menghargai. Semisal memanggil orang yang lebih tua, Nama orang tersebut diganti dengan julukan lain, misal Busu, Ambok, ataupun Tuwa atau Uwak. Pun demikian terhadap orang tua sendiri. Mamak untuk orang tua yang melahirkan, Bepak untuk sang kepala keluarga. Dalam hal yang lebih kuno dan tradisional misal dipanggil dengan sebutan Demmek untuk Mamak dan Demmak untuk Bepak.


Pada akhir-akhir ini kalimat julukan Demmak untuk kata ganti Bepak sangat langka digunakan, bahkan sudah ditinggalkan. Demmak terasa sangat asing di telinga, dan akan semakin hilang tatkala orang tua tak lagi mengenalkan kata ini pada yang lebih muda.


Selain itu kata Demmak terkesan negatif. Sebab kata ini sering digunakan untuk kata memarahi anak yang nakal dengan meninggikan derajat anak tersebut untuk kemudian 'disindir'. Dalam hal ini sering digunakan untuk kalimat-kalimat Sarkasme. 


Misal, 

Apa ge lang pe'el de Busu nya camia!

Si Demmak ngia nga, telekki hak besohan kau tumpahkan saneh. Rocet kali ngia !


Bagaimana menurut anda fenomena Bahasa Etam yang mulai terlupakan ini? Yok etam lestarikan Besa Kutai !


Salam Urang Kutai Loleng.

0 komentar:

Posting Komentar