Desa Loleng, Kampung kami ini berada sekitar 80 km dari ibukota kabupaten Kutai Kartanegara, Kotaraja Tenggarong. Di kampung kami berdiri sebuah wadah belajar mengaji Al-Qur'an, kecil dan sederhana, TPA Al-Ikhlas namanya. Beridiri di atas lahan SMP Negeri 5 Kota Bangun dan hanya meminjam langgar sekolah kami mengorek-ngorek ilmu, belajar bersama demi masa depan cerah.
Tidak seperti TPA lainnya,
TPA Al-Ikhlas tidak memiliki kurikulum yang memadai dan tentunya tenaga pengajar seadanya. Baik sistem pengajaran maupun proses belajar dilaksanakan dengan sederhana dan seadanya. Sistem kekeluargaan sangat kental di TPA kami ini.
Walaupun demikian, santri dan santriwati kami memiliki semangat menuntut ilmu yang kuat. Sebelum Maghrib para santri sudah berkumpul menunggu kedatangan Ustadznya. Hanya ada dua pengajar yang diberdayakan, selain dikarenakan minimnya Sumber Daya Manusia yang tersedia dan bersedia, faktor keuangan untuk menggaji tenaga pengajar yang belum memadai. Perlengkapan ibadah dan belajar juga sangat sederhana dengan beberapa diantaranya sudah sakit-sakitan. Mic yang digunakan untuk Adzan pun beberapa kali harus dipegang benar-benar jika ingin bagus dan nyaring suaranya.
Hal ini tidaklah menjadi aral penghalang bagi kami untuk bersemangat menuntut ilmu. Masih terngiang di telinga kami hikmah cerita seorang shahabat Rasulullah s.a.w yang shalih dan sabar, Mush'ab bin 'Umair r.a namanya. Beliau tidak menjadikan kekurangan harta sebagai penghalang untuk beribadah dan berdakwah kepada Allah SWT. Berikut gambar cerita kami di TPA Al-Ikhlas Desa Loleng.
 |
Santri Sedang mendengarkan Tausiyah |
 |
Semangat Santriwati mendengarkan Tausiyah
|
 |
Bagi Santri yang melanggar tata tertib akan diberikan hukuman berupa menyalin ayat dari surah tertentu |
Inilah kisah kami dari pelosok negeri ini. Walau jauh dari keramaian, semangat kami pantang untuk sepi. By Jimkafta48
0 komentar:
Posting Komentar